Pernahkah kau memikirkan apa itu hidup?
Sebelumnya..aku tak pernah
memikirkannya.
Betapa berartinya aku hidup.
Bisa
bermain,bercanda dan tertawa setiap harinya. Bersama teman-teman. Menjalani
semua aktivitasku,hobiku dan cita-cita yang akan aku raih nantinya.
Namaku Yota,aku seorang anak laki-laki berumur 17
tahun. Saat ini aku kelas 2 SMA. Aku suka gokart,basket dan aktivitas sekolah
lainnya sampai aku merasakan ada benalu yang datang di kehidupanku. Kanker
darah.
Saat itu aku belum tau,betapa menyeramkan
pertarungan dengan penyakit ini. Selanjutnya,pengobatan yang panjang dan
menyakitkanpun segera dimulai.
Dalam pengobatan ini,aku harus
minum obat,di infus dan di suntik berkali-kali.
Karena daya
tahan tubuhku lemah,aku harus tidur di isolator untuk mencegah terserang
penyakit lain. Gara-gara panas,tubuhku jadi lemas dan mulutkupun meradang.
Mendengar suara kereta pembawa makanan saja,aku mau muntah.
Aku pasti bisa sembuh..
Aku ingin cepat sembuh..
Dan keluar dari sini.
Aku tidak peduli lagi. Aku tidak tahan terus begini.
Akan aku akhiri semua penderitaan ini,penderitaan yang masih harus aku jalani.
Temanku Yuki,yaaa.. dia memang lebih lama di rumah
sakit ini,sudah lama aku berteman dengannya,walaupun masih anak-anak tapi
semangat hidupnya sangat tinggi sekali. Bahkan aku tidak pernah melihat dia
sedih,aku tak tau apa yang terjadi pada dirinya,sesakit apa dan semenderita
apapun aku tak tau,yang jelas aku melihat dia bahagia.
Sampai pada akhirnya Yuki pun meninggal,Yuki
tetap semangat sampai akhir hidupnya.
Dia menulis sebuah surat untukku,yang
tertulis seperti ini…
“NYawa
itu sangat berharga,seperti baterai yang membuat manusia tetap hidup.
Tapi,suatu saat nanti baterai itu akan habis,begitu juga nyawa. Kalau baterai
bisa di isi ulang dengan cepat,nyawa tak bisa semudah itu di isi ulang. Nyawa
adalah karunia Tuhan yang membuat manusia bisa hidup bertahun-tahun lamanya.
Tanpa nyawa,manusia tidak akan bisa hidup. Tapi,ada juga mansuia yang merasa
tidak butuh nyawa,lalu menyia-nyiakannya. Aku sedih melihat orang yang
menyi-nyiakan hidupnya. Padahal sehrusnya nyawa digunakan sebaik-baiknya,
Karena itulah aku mau terus hidup sampai nyawaku ini lelah nanti”
Kalau aku mati,aku tak bisa apa-apa.
Mereka semua mencemaskanku.
Bukan hanya aku yang menderita..aku punya
ayah,ibu,dokter perawat,mereka semua berjuang keras demi aku.
Masih banyak hal yang ingin kulakukan setelah sembuh
nanti dan pulang ke rumah.
Aku mau sembuh.
Sore ini aku pun
bertemu dengan Nami di dekat ruang laboratorium. “Mulai besok aku masuk ruang
isolasi. Jadi gak bisa ke sekolah khusus lagi deh” Ucap Nami. Memang disini ada
sekolah khusus untuk kami penderita kami,setidaknya aku tetap bisa belajar
mengejar ketertinggalanku di sekolah umum. Tepat di depan mading aku dan Nami
pun memandangi puisi Yuki yang di tempel di mading “Eh puisi ini..Yuki itu hebat ya” Ucap Nami,
“Iya” Jawabku.
“Kalau nanti bateraiku
habis,Yota..tetap berjuang demi aku yaa?” Ucap Nami, “Ah,jangan ngomong gitu!
Nggak! Nami harus berjuang lagi,bateraimu masih tahan lama kok” Jawabku kesal.
“Kalau aku sembuh,aku mau sekolah umum lagi. Ngobrol sama teman-teman dan
ikutan eskul. Kadang berantem lalu baikan. Terus bikin lomba menyatakan cinta.
Masih banyak hal…yang ingin aku lakukan” Ucap Nami dengan sedih dan menunduk “Aku
bersyukur masuk ke sini. Sekolah disini juga seru kok. Dokter Hida seperti
ayahku,suster Yumi seperti ibuku,Yota dan yang lain seperti adikku. Rasanya aku
kayak punya keluarga besar. Setelah disini aku baru mengerti kebahagiaan itu
sebenarnya selalu ada didekat kita” Ucap Nami lagi. “Kau puitis deh” Balasku
dengan tertawa sambil mendorong kursi rodanya menuju ruang rawatnya.
Satu minggu setelah
hari itu..baterai Nami akhirnya habis juga. Aku melihat dengan tegar kearah
jendela dan berkata “Aku janji Nami,aku akan terus semangat”.
Aku ingin terus
hidup,takkan berakhir sampai disini.
Bateraiku belum habis.
Ada keinginan yang
tidak terwujud,bagaimanapun aku memohon.
Makanya…aku ingin menikmati hidup ini sambil tersenyum bahagia. Aku akan hidup
dengan penuh semangat. Sampai bateraiku habis nanti.
0 komentar:
Post a Comment